Pertanyaan yang sering ditanyakan terkait imunisasi
Berikut ini adalah imunisasi dasar yang direkomendasikan untuk anak-anak di Indonesia:
Hepatitis B
Diberikan saat lahir, usia 2 bulan, dan 6 bulan.
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Diberikan sekali saja, pada usia 0-2 bulan setelah lahir.
DPT-HB-Hib (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b)
Diberikan 3 dosis pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Dosis lanjutan pada usia 18-24 bulan.
Polio
Diberikan 4 dosis, pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan.
Dosis lanjutan pada usia 18-24 bulan.
PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Diberikan 3 dosis pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
Dosis lanjutan pada usia 12-15 bulan.
MR/Campak-Rubella
Diberikan 1 dosis pada usia 9 bulan.
Rotavirus
Diberikan 3 dosis pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Dosis lanjutan pada usia 18-24 bulan dan 5-6 tahun.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk melindungi tubuh atau membuat tubuh kebal terhadap penyakit tertentu.
Vaksin terbuat dari kuman yang sudah melalui proses pelemahan atau bahkan dimatikan. Imunisasi dapat memberikan sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat sehingga merangsang terbentuknya zat antibodi.
Pemberian vaksin akan melindungi tubuh anak terhadap infeksi sejumlah penyakit menular di masa mendatang.
Tidak hanya menghindarkan anak dari serangan penyakit serius, vaksinasi anak juga bisa melindungi masyarakat yang lebih luas.
Hepatitis B
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati dan sangat berbahaya jika menginfeksi bayi saat lahir atau sebelum usia satu tahun.
Gejala - Badan lemas, mual/muntah, mata dan kulit kekuningan, air kencing berwarna gelap (seperti air teh), warna tinja pucat.
Penularan – dari transfusi darah, penggunaan jarum suntik yag tidak steril, penularan dari ibu yang terinfeksi hepatitis B ke bayi.
Gejala – kekuningan di amata atau kulit, mual muntah, badan lemas
Komplikasi -pengerasan hati, kanker hati hingga kematian
Polio
Penyakit polio adalah Penyakit saraf yang menyebabkan kelumpuhan disebabkan oleh virus Polio.
Gejala polio adalah lumpuh pada anggota gerak yang sifatnya layu (lemas), terjadi mendadak, kadang disertai demam.
Penularan polio melalui tinja atau air yang tercemar tinja yang mengandung virus polio. Komplikasi yang terjadi adalah lumpuh permanen, serta kematian jika kelumpuhan mengenai saraf pernafasan
Difteri, Pertusis dan Tetanus
Ketiga penyakit ini sangat mudah menyerang bayi dan anak.
Difteri adalah infeksi serius pada tenggorokan yang bisa menyumbat saluran napas dan menyebabkan masalah pernapasan yang parah.
Gejala – nyeri saat menelan, demam, leher bengkak dan muncul selaput warna putih di dalam tenggorokan.
Penularan - melalui percikan ludah saat batuk, bersin, dan bicara, serta penggunaan alat makan minum bersama.
Komplikasi – sesak nafas, gangguan jantung hingga kematian
Pertusis (batuk 100 hari) atau batuk rejan adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Cara penularannya - melalui percikan ludah saat batuk, bersin dan bicara.
Gejala - Batuk yang keras secara terus menerus, diawali tarikan napas panjang lewat mulut seperti bunyi melengking dan terkadang disertai muntah setelah batuk. Jika tidak ditangani dapat menimbulkan
Komplikasi: sesak nafas, perdarahan pada mata, malnutrisi, infeksi paru berat hingga menyebabkan kematian
Tetanus adalah penyakit saraf yang bisa menyerang siapa saja dari semua usia, yang terjadi akibat bakteri penghasil toksin yang mengkontaminasi luka.
Gejala - Kesulitan menyusu/minum, Mulut mencucu, Kejang ,Kaku
Komplikasi – sulit bernafas hingga kematian
Campak dan Rubella
Campak dan rubella adalah infeksi virus yang sangat menular yang menyebabkan ruam dan demam.
Gejela - Gejala awal campak yang bisa dilihat di antaranya, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, mata merah dan berair, bercak putih keabu-abuan di mulut dan tenggorokan, serta muncul ruam kulit yang khas pada hari ketiga hingga hari ketujuh.
Cara Penularan - Melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, Virus campak dapat bertahan di udara untuk beberapa jam dan melalui kontak langsung dengan lendir dari hidung atau tenggorokan orang yang terinfeksi
Komplikasi - Diare, Dehidrasi, Pneumonia (radang paru-paru), Ensefalitis (peradangan pada otak) yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, Gangguan pendengaran, Komplikasi lebih parah pada bayi berusia di bawah 1 tahun atau bayi dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
<U>Meningitis, Pneumonia, dan Otitis </U>
Pneumonia pneumokokus adalah jenis pneumonia bakteri yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae di paru-paru. Bakteri ini dapat menyerang lapisan alveoli paru-paru dan menyebabkan peradangan.
Gejala – Batuk,Demam tinggi, Nafas cepat dan sesak, Nafsu makan berkurang, Letargi atau kurang responsive, Merintih saat bernafas, Kulit pucat atau membiru di sekitar mulut
Cara Penularan - Melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin dan Kontak langsung dengan cairan dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi
Komplikasi: Bakteremia (infeksi aliran darah), Meningitis (infeksi selaput otak), Empiema (akumulasi nanah di rongga paru-paru), Sepsis (infeksi berat di seluruh tubuh), Gagal nafas yang membutuhkan ventilator,Kerusakan paru-paru permanen
Meningitis (radang selaput otak) adalah peradangan pada lapisan pelindung otak dan sumsum tulang belakang (meninges) yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur, atau penyebab lain.
Gejala - Demam tinggi, Lesu/tidak responsive, Rewel/menangis terus-menerus, Mengantuk berlebihan, Muntah berulang, Kejang, Kulit sensitif terhadap Cahaya, Benjolan pada kepala (ubun-ubun cekung) dan Leher kaku
Cara penularan - Kontak dengan orang yang terinfeksi melalui bersin/batuk, Melalui ciuman dan Kontak dengan sekresi hidung/mulut orang terinfeksi
Komplikasi - Kerusakan otak permanen, Gangguan perkembangan, Gangguan pendengaran, Kejang berulang, Hidrosefalus (penumpukan cairan di otak), Kerusakan sistem saraf pusat, Kematian (jika tidak ditangani dengan tepat)
Otitis (radang saluran pendengaran atau telinga) pada bayi adalah kondisi yang cukup umum terjadi. Radang telinga pada bayi dapat terjadi pada bagian telinga luar (otitis eksterna), telinga tengah (otitis media), atau telinga dalam (otitis interna). Yang paling umum adalah otitis media, yaitu peradangan pada telinga tengah.
Gejala: Demam, rewel/menangis terus-menerus, memegangi atau menarik-narik telinga, nafsu makan berkurang, gangguan tidur, keluarnya cairan dari telinga, kehilangan pendengaran sementara
Cara Penularan: Infeksi bakteri atau virus dari saluran pernafasan atas, dari ibu ke bayi selama persalinan, melalui kontak dengan orang yang terinfeksi, bisa berkembang setelah pilek atau flu
Komplikasi: Ketulian permanen (jika tidak diobati), penyebaran infeksi ke jaringan sekitar seperti tulang mastoid, meningitis (jika infeksi menyebar ke otak), abses pada telinga atau otak, masalah perkembangan bicara/bahasa (jika sering terjadi)
Diare
Diare pada anak disebabkan oleh Virus Rotavirus yang menyebabkan diare parah pada bayi dan anak-anak di seluruh dunia
Gejala - Diare hebat, encer, dan berkepanjangan (dapat berlangsung hingga 8 hari), Muntah, Demam, Sakit perut, Dehidrasi (akibat kehilangan cairan tubuh yang banyak)
Cara Penularan- Melalui kontak dengan tinja (feses) yang terkontaminasi rotavirus,
Melalui mulut (oral-fekal) dengan mengkonsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi, Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi rotavirus, Penularan sangat mudah terjadi di lingkungan dengan sanitasi buruk
Komplikasi - Dehidrasi parah yang dapat mengancam jiwa (komplikasi paling serius), Gangguan elektrolit dan asam basa tubuh, Malnutrisi (jika diare berkepanjangan), Diare berdarah (jarang terjadi), Invaginasi usus (usus terjepit)
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) pada bayi merupakan kondisi yang serius dan dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan tepat. TB pada bayi adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya pada bayi usia 0-1 tahun. Bayi lebih rentan terkena TB karena sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna.
Gejala- Batuk berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), Demam tidak sembuh-sembuh, Berat badan turun/gagal tumbuh, Nafsu makan berkurang, Berkeringat malam hari, Pembengkakan kelenjar getah bening.
Cara Penularan - Menghirup percikan dahak/ludah yang mengandung kuman TB dari orang dewasa yang terinfeksi TB aktif dan Kontak erat dengan penderita TB aktif dalam jangka waktu lama
Komplikasi - TB milier (penyebaran TB ke seluruh tubuh melalui aliran darah), Meningitis TB (peradangan selaput otak), TB tulang dan sendi , gagal pertumbuhan, kerusakan paru-paru permanen, risiko lebih tinggi berkembang menjadi TB aktif di kemudian hari, kematian (jika tidak diobati)
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah suatu bentuk respon tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan. Efek samping vaksinasi memiliki reaksi yang berbeda-beda disetiap anak. Tidak semua anak yang setelah diberikan vaksin akan mengalami KIPI, hal ini tergantung dari imunitas masing-masing tubuh.
Nah, ada beberapa jenis KIPI yang bisa terjadi pada anak berdasarkan jenis vaksinnya :
BCG
Vaksin BCG merupakan jenis vaksin yang mengandung bakteri yang dilemahkan dan fungsinya untuk mencegah penyakit TBC. Oleh karena itu, efek samping bisul di lengan pada vaksin BCG itu normal ya, bund! Biasanya pada 2-6 minggu setelah imunisasi akan terbentuk bisul, setelah 2-4 bulan akan terbentuk ulkus, dan kemudian akan menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut.
Setiap anak kalau habis divaksin biasanya akan merasa nyeri. Hal ini berlangsung hanya sekejap, namun pada beberapa anak nyerinya akan tetap terasa setelah berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Nyeri terjadi akibat efek samping dari penyuntikan vaksin. Tapi tenang aja, karena efek samping ini akan hilang dengan sendirinya biasanya dalam 1-2 hari.
Bunda juga bisa mengurangi rasa tidak nyaman karena nyerinya dengan mengompres bagian yang di vaksin dengan kompres dingin dan diamkan selama 10-20 menit. Namun, kalau nyeri nya terasa lebih lama atau lebih berat boleh dikonsultasikan kepada dokter ya, bund!
DPT
Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) biasanya akan menyebabkan efek samping berupademam pada anak yang biasanya akan menghilang setelah 2 hari. Selain itu, anak juga bisa merasa nyeri ataupun kemerahan di bekas tempat suntikan. Tapi bunda jangan khawatir, karena keadaan ini tidak membahayakan dan bisa sembuh sendiri. Namun, bunda bisa memberikan penanganan terhadap efek samping nya dengan memberikan minum lebih banyak, dan jika anak demam bisa memberikan kompres hangat pada anak ataupun diberikan paracetamol atau ibuprofen. Pada lengan yang nyeri, bisa diberikan kompres dingin, dan jika gejala bertambah ataupun ada reaksi lain yang menetap bunda bisa bawa anak untuk konsultasi ke dokter, ya!
Polio
Vaksin polio jarang menyebabkan efek samping pada anak, terutama polio yang diberikan dengan cara diteteskan. Namun pada polio yang disuntikkan, efek samping nyeri pada tempat penyuntikkan bisa saja terjadi, dan biasanya nyeri ini berlangsung selama 48 jam setelah penyuntikkan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
Campak
Vaksin Campak biasanya akan menyebabkan anak mengalami demam ringan serta kemerahan yang biasanya berlangsung selama 3 hari dan biasanya terjadi pada 8-12 hari setelah vaksinasi
Hepatitis B
Pada vaksin Hepatitis B, efek samping yang dapat terjadi adalah nyeri di tempat penyuntikkan, kemerahan, dan pembengkakan serta demam ringan, lesu, dan perasaan tidak enak pada saluran pencernaan, hal ini bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
Gimana ya kalau anak demam sesudah imunisasi?
Hal yang perlu orangtua lakukan adalah melakukan pengukuran suhu tubuh pada si buah hati, pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan thermometer digital di ketiak anak. Berikan anak minum secara berkala ( asi pada anak yang menyusui ) hal ini dikarenakan anak akan membutuhkan lebih banyak cairan pada saat demam. Metode fisik untuk menurunkan demam termasuk memandikan, mengelap badan, pemaparan dengan air dingin, penggunaan selimut dingin atau kantung es, dan menggosokkan tubuh dengan alcohol sebaiknya tidak dilakukan. Bila diperlukan dapat diberikan obat penurun demam yaitu ibuprofen atau parasetamol .
Apa yang perlu dilakukan saat anak kejang demam?
Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang, Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000,walaupun begitu orangtua wajib tahu apa yang perlu dilakukan jika si buah hati mengalami kejang demam. Berikut hal yang perlu orangtua lakukan jika si buah hati mengalami kejang demam:
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
Yuk, Bun, cari tahu apa saja syarat menunda imunisasi anak!
Ada anggapan bahwa imunisasi sebaiknya ditunda pada anak yang sedang sakit. Namun, sebenarnya Bunda perlu mengenali dulu apakah sakit yang diderita Si Kecil cukup parah sehingga perlu menunda imunisasi, ataukah sakitnya tergolong ringan dan masih boleh diimunisasi.
Sakit Ringan yang Masih Diperbolehkan Imunisasi
Anak yang sakit ringan sebenarnya masih diperbolehkan mendapat imunisasi. Hal ini karena sakit ringan yang dialami anak tidak akan memengaruhi respons tubuh terhadap imunisasi. Pemberian imunisasi justru membangun perlindungan terhadap penyakit pada anak yang sakit ringan seperti halnya pada anak yang sehat.
Umumnya, anak dengan kondisi berikut ini masih boleh mendapat imunisasi:
Meski pemberian imunisasi bisa menyebabkan efek samping, seperti demam atau nyeri di tempat suntikan, imunisasi tidak memperburuk kondisi anak yang sakit ringan. Namun, jika ragu, Bunda sebaiknya memeriksakan Si Kecil dulu ke dokter sebelum memperoleh imunisasi.
Tunda Imunisasi Anak jika Mengalami Kondisi Ini
Anak yang sakit ringan masih diperbolehkan mendapat imunisasi. Namun, jika anak menderita sakit yang cukup serius, baik disertai demam atau tidak, imunisasi tentunya harus ditunda sampai anak dalam keadaan baik.
Beberapa kondisi yang membuat imunisasi pada anak harus ditunda antara lain:
1. Sakit kronis
Tunda dulu imunisasi anak jika Si Kecil menderita penyakit kronis, seperti kanker. Hal ini karena reaksi imunisasi, seperti demam, dapat menyulitkan diagnosis dan penanganan terhadap penyakit kronis. Misalnya, gejala penyakit dapat disalahartikan sebagai gejala dari reaksi tubuh terhadap imunisasi.
2. Alergi parah
Sebaiknya, tunda imunisasi anak jika Si Kecil pernah mengalami reaksi alergi akibat imunisasi. Jangan lupa untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi ini sebelum membuat jadwal ulang untuk imunisasi.
3. Demam tinggi
Jika Si Kecil mengalami demam tinggi, yaitu lebih dari 38,3 derajat Celcius, Bunda perlu menunda jadwal imunisasi. Pasalnya, demam tinggi dapat membuat dokter kesulitan mendeteksi jika terjadi reaksi tertentu setelah anak diimunisasi.
4. Melemahnya sistem kekebalan tubuh
Menurunnya sistem kekebalan tubuh biasanya dialami anak yang menjalani kemoterapi atau pengobatan tertentu setelah transplantasi.
Meski imunisasi aman diberikan, jika diberikan pada anak yang kekebalan tubuhnya sedang rendah, imunisasi tidak dapat bekerja optimal sebagaimana pada anak sehat. Sebagian imunisasi bahkan dapat memicu penyakit pada anak dengan kekebalan tubuh yang lemah.
Ingat, ya, Bun. Menunda imunisasi anak bukan berarti Si Kecil tidak membutuhkan vaksin. Jadi, jangan lupa untuk menjadwalkan ulang imunisasi, agar ia tidak terlalu lama terlambat mendapatkan imunisasi. Bunda bisa konsultasi ke dokter anak untuk memastikan waktu yang aman bagi Si Kecil untuk mendapatkan imunisasi.
ASPEK HALAL & HARAM IMUNISASI
Fatwa MUI :
Imunisasi diperbolehkan sebagai ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit. Jika akan menyebabkan kematian, penyakit berat atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, maka imunisasi hukumnya WAJIB
Dr. H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA. Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
FATWA MUI NOMOR 04 TAHUN 2016
tentang IMUNISASI
Ketentuan Hukum poin (1) dan poin (5)
(1) Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah)
sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
(5) Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit berat atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.
Apa saja dukungan yang bisa dilakukan ayah untuk imunisasi anak?
Baru baru ini ramai bahwa Indonesia masuk peringkat ketiga fatherless country di dunia atau negara dengan minimnya keterlibatan sosok ayah dalam kehidupan bangsa. Beberapa studi menunjukkan bahwa peran aktif dari ayah sangat bermaknda dengan lengkapnya imunisasi dasar anak,
Pengambil Keputusan
Ayah sebagai kepala keluarga berperan besar dalam menentukan nasib keluarga kedepannya. Maka dari itu ayah berperan penting dalam memutuskan anak untuk diimunisasi. Hal ini memberikan dampak besar untuk Kesehatan dan kesejahteraan anak di kemudian hari. Apalagi di era sekarang banyak beasiswa Pendidikan yang wajib mencantumkan kartu imunasi anak loh!. Yuk jangan salah Langkah dad!
Mencari tahu terlebih dahulu informasi mengenai imunisasi
Sebaiknya sebelum membawa anak imunisasi mari ayah ayah sekalian cari tahu terlebih dahulu mengenai informasi imunisasi yang akan diberikan anaknya terlebih dahulu. Mulai dari kandungannya, jadwalnya kapan saja, bagaimana cara pemberian nya dan efek setelah pemberian. Agar ayah dan ibu bisa mempersiapkan terlebih dahulu kemungkinan situasi yang akan terjadi seperti membeli obat obatan penurun demam pada vaksin vaksin yang rentan menyebabkan demam.
Beberapa jurnal menyatakan bahwa Kurangnya pengetahuan seseorang akan mudah terpengaruh dalam bersikap dan pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggap penting seperti keluarga.
Hal ini juga sangat berguna loh untuk menyingkirkan hoax hoax yang tersebar baik lewat mulut mulut tetangga atau social media. Yuk berpikir cerdas dads!
Ikut serta dalam perjalanan imunisasi anak
Yuk ayah ikuti perjalanan dari imunisasi anak anda. Jangan biarkan hanya ibu yang mengetahui anaknya sudah diimunisasi apa saja. Kalau bisa temani juga ibu saat imunisasi untuk melihat bagaimana anak anda diimunisasi dengan siapa apakah ditangani dengan baik atau tidaknya untuk meyakinkan kembali sikap benar yang sudah ayah pilih
Pengingat bagi ibu
Ayah juga berperan penting sebagai reminder bagi ibu ketika jadwal imunisasi anak sudah dekat. Mengingatkan dan membantu membawa apa saja yang diperlukan saat imunisasi seperti buku KIA. Menenangkan ibu ketika anak demam setelah vaksin bahwa demam tersebut hal yang biasa terjadi pada imunisasi. Juga mengingatkan ibu apabila ada berita berita salah yang beredar tentang imunisasi di kalangan setempat.
Menyediakan kebutuhan yang diperlukan ibu dan anak mengenai imunisasi
Ayah juga perlu menyediakan transportasi apabila akses ke lokasi imunisasi lumayan jauh atau dikala hujan. Tidak hanya transportasi, ayah juga menyediakan makanan dan gizi yang seimbang serta obat obatan untuk anak. Hal ini tidak hanya kewajiban namun juga hal yang bisa memperingan pekerjaan ibu dikala mengurus baduta
Merawat anak saat demam
Mengurus anak saat sakit tidak hanya pekerjaan seorang ibu. Namun ayah juga berperan penting dalam hal ini. Ayah juga perlu mengetahui apabila anak demam perlu diberikan penurun demam untuk menghindari kejang pada anak. Ayah juga perlu mengetahui situasi kapan saja ayah perlu segera membawa anak.
Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa skin to skin contact atau Teknik kangguru pada anak yang demam yang dilakukan oleh ayah akan membantu menurunkan demam anak dan juga menghindari anak agar tidak rewel saat mencium aroma badan ibunya. Hal ini juga bermanfat membangun hubungan emosional antara ayah dan anak.
Menerapkan perilaku bersih dan hidup sehat
Tidak hanya imunisasi menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan pencegahan dari terjangkit penyakit menular apalagi bagi orang orang yang rentan terkena penyakit salah satunya ialah anak yang belum diimunisasi. Maka dari itu ayah juga perlu hidup bersih dan sehat serta mengajak seluruh anggota keluarga menerapkan hal yang sama.
Ikut bergabung dengan komunitas
Ikut banyak komunitas sesama ayah atau orangtua untuk mengetahui informasi yang baik untuk anak. beberapa komunitas ini juga akan memberikan pandangan masing masing sehingga pola piker lebih terbuka dan bisa memilah mana berita benar dan yang salah. Hal tersebut juga membuka pikiran ayah untuk mengambil Keputusan mengenai apa saja yg terbaik untuk diberikan ke anak dan yang terbaik bagi masa depan anak.
-AYAHKU ADALAH PAHLAWANKU-
- SUNTIK - bisa diberikan suntikan pada lengan ataupun paha. sepeeti vaksin BCG, DPT, hepatitis, dll
- TETESAN MULUT - seperti vaksin polio, dan rotavirus
Vaksin yang masuk ke tubuh adalah virus/ bakteri yang dilemahkan. Saat anak kita di vaksinasi, Vaksin akan bekerja dalam tubuh dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan memerangi virus maupun bakteri yang asli. Jadi, saat anak kita tertular virus/ bakteri dari teman dan lingkungannya. tubuh telah siap melawan dan infeksi tidak terjadi.
Namun, jika anak mengalami rewel karena demam atau KIPI lainnya, bunda tidak perlu khawatir, itu menandakan bahwa vaksin sedang bekerja didalam tubuh anak kita, untuk informasi lebih lanjut bisa bunda baca pada bagian "KIPI? Apaan tuh?"
Jika anak terlambat vaksin/imunisasi maka dapat dilakukan imunisasi susulan untuk sikecil, namun ada hal yang perlu bunda iingat!! bahwa tidak semua imunisasi susulan dapat diberikan, sehingga perlu konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan sesegera mungkin sebelum diberikan.